Kini aku sudah mampu berjumpa dengan Ario
Drrtt.... Smartphone-ku bergetar.
“Halo, Git. Ada apa nelpon malam-malam? Tugas kelompok kita sudah selesai. Besok sudah bisa kita kumpulkan.”
“Ra, ini bukan tentang tugas. Ini tentang Arion....”
***
19 Agustus 2014.
Kini aku sudah mampu berjumpa dengan Arion, namun bukan di rumah sakit
lagi. Arion sudah sembuh dan bisa meninggalkan ranjang tempat
berbaringnya. Aku berjumpa dengan mantan kekasihku itu di suatu tempat
yang tak pernah kuduga sebelumnya, atau yang tak pernah ingin
kubayangkan. Hujan sudah mulai berhenti tepat di saat aku sudah berada
di hadapan Arion. Orang-orang yang tadi bersama Arion memutuskan untuk
membiarkan kami berdua saja di sini.
"Lyraku, aku mengerti keputusanmu. Aku tahu sikapmu bukan karena kamu
marah padaku atau bukan berarti kamu membenciku. Itu semua karena kamu
marah dengan dirimu sendiri. Kamu teramat mencintaiku, bukan? Sama
seperti aku yang juga teramat mencintaimu.
Bidadariku, aku hanya ingin kamu mengerti bahwa keputusanku ke Palestina
semata karena cintaku pada Sang Pencipta kita. Aku ingin menjadi orang
yang bermanfaat untuk agama kita. Itu salah satu impianku, Sayang. Meski
impianku untuk menikahimu mungkin tidak akan tercapai karena kamu sudah
memutuskan hubungan kita, namun aku akan selalu mencintaimu, Lyra.
Comments
Post a Comment